Faktor penentu perubahan dan pertumbuhan struktur ekonomi
Barang Modal
Agar ekonomi mengalami pertumbuhan, stok barang modal harus
ditambah melalui investasi. Pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika
investasi neto lebih besar dari nol. Sebab jika sama dengan nol, perekonomian
hanya dapat berproduksi pada tingkat sebelumnya.
Tenaga Kerja
Sampai saat ini, khususnya di negara sedang berkembang, tenaga
kerja masih merupakan faktor produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga
kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Namun, jumlah
kerja kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi akan semakin sedikit
jika teknologi yang digunakan semakin tinggi.
Teknologi
Penggunaan teknologi yang semakin tinggi sangat memacu
pertumbuhan ekonomi, jika hanya dlihat dari peningkatan output. Melalui
penggunaan teknologi yang tepat guna, manusia dapat memanfaatkan secara optimal
potensi yang ada dalam diri dan lingkungannya.
Uang
Dalam perekonomian modern. uang memegang peranan dan fungsi
sentral. Uang bagi perekonomian ibarat darah dalam tubuh manusia Makin banyak
uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar output yang lebih besar
jika penggunaannya efisien.
Manajemen
Manajemen adalah peralatan yang sangat dibutuhkan untuk
mengelola perekonomian modern, terutama bagi perekonomian yang sangat mengandalkan
mekanisme pasar. Sistem manajemen yang baik terkadang jauh lebih berguna
dibanding barang modal yang banyak, uang yang berlimpah, dan teknolohi tinggi.
Suatu perekonomian yang tidak terlalu mengandalkan teknologi tinggi, namun
dengan manajemen yang baik, mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi
Yang tinggi.
Kewirausahawan (Entrepreneurship)
Para pengusaha memiliki
perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikannya akan menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat atau menjadi barang dan jasa yang
akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengombinasikan input dapat disebut
sebagai k.emampuan inovasi. Sejarah mencatat bahwa kemampuan inovasi tidak
selalu dikaitkan dengan teknologi tinggi. Contohnya, produk Coca Cola, salah
satu minuman ringan terlaris di dunia, dihasilkan oleh wirausaha Amerika
Serikat.
Faktor yang mempengaruhi Investasi dalam perekonomian Negara
Pengaruh Nilai Tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak
pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah
pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs
tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi
penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar
akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi
domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena
penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat
yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya
akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada
tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran /
alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan
perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan
nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang
diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan
harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods),
sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan
mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat
bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk
berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal
atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk
menghasilkan output / barang final.
Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat
inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan
karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko
proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi
dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan
distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut
Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering
dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu
ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Di
Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan
diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami,
dalam upayanya menurunkan tingkat inflasi yang membumbung, pemerintah
sering menggunakan kebijakan moneter uang ketat (tigh money policy).
Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada
investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga
domestik.
Pengaruh Infrastruktur
Seperti
dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor guna
berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur,
seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan,
dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata
uang rupiah atau mata uang asing. Melihat perkembangan makro-ekonomi
saat ini, terutama memperhatikan kecenderungan penurunan tingkat bunga.
Pembangunan
kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang
dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis.
Pembangunan infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang
selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi
masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai
oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin
meningkat.